Ecobiz

Generasi Ke 4 Kopi Sepeda Kutoarjo Besarkan Bisnis Kopi Pit

Oleh: Ndandung K Adi

Kopi Sepeda adalah kopi khas Kutoarjo. Bagi masyarakat Purworejo khususnya Kota Kutoarjo, menyebut Kopi Sepeda tentu sudah tak asing. Kopi Sepeda  berdiri sejak tahun 1920, masa  Kabupaten Kutoarjo eksis dan terkenal .

Kopi ini diawali  atau dirintis tahun 1935  oleh Siem Tiang Bok yang terkenal juga dengan nama Mbah Bejo.  Beliau  lahir pada tahun 1898 dan wafat pada tahun 1979 dalam usia 81 tahun.

Mbah Bejo Adi Sentosa/Siem Tiang Bok bersama istri, peirintis dan pelopor”Kopi Sepeda” Siem Tiang Bok yang terkenal dengan nama Mbah Bejo, lahir pada tahun 1898 dan wafat pada tahun 1979 .

Bejo Adi Sentosa (Siem Tiang Bok)  atau Kakek Bejo nama sapaannya  sudah mengawali warung kopinya dengan mengendarai sepeda sampai pesisir hingga Desa Karangduwur di Kecamatan Kemiri.

Dulu Kopi Pit sudah ada semenjak tahun 1920 lalu di tahun 1950 bertambah satu merek lagi yaitu Kopi Muntu atas  ide  Pak Simananda dan  persetujuan Mbah Bejo,  tapi setelah menjalankan dengan dua merek ini menjadi keteteran, lalu  di tahun 1990an diputuskan memilih satu merek saja.  Merek Kopi Muntu  dipilih oleh Pak Simananda yang tak lain putra kandung Mbah Bejo.

Sekarang buyut atau generasi ke empat Kakek Bejo yang bernama Jesicca Trianto karena kecintaannya akan kopi serta ingin meneruskan usaha leluhurnya membuat Jessi, sapaan akrab Jesicca menekuni bisnis tersebut meski dia sudah menyelesaikan pendidikan S2  di Universitas Harvard Amerika Serikat.

Ia ingin mengembangkan kuliner dari leluhurnya itu dengan nama “Kopi Pit” yang menjadi heritage dan legacy bagi keluarga besarnya yaitu keluarga besar Mbah Bejo.

 Warisan ini bukan tanpa sebab. Suatu ketika, Jessica ditelpon Kakek Sim untuk diminta pulang ke Jawa lebih tepatnya Kutoarjo. Saat itu Jessi minta syarat kepada sang Kakek Sim untuk meneruskan usaha kopi keluarga mereka.

Sekitar tahun 2017 anak pasangan dari Novi Simananda binti Simanda bin Mbah Bejo Adi Sentosa alias Siem Tiang Bok dan Deddy Trianto ini pun akhirnya kembali ke Kutoarjo untuk meneruskan usaha kopi sang kakek yang diberi  merk ‘Sepeda’ dan mengganti namanya menjadi “Kopi Pit”.

Menurut Jesicca,  orang Jawa lebih enak mengucapkan kata Pit daripada sepeda. Di tangan Jessi, kopi racikan  tersebut pun dikembangkan. Diantaranya kopi kemasan sachet dengan cita rasa kopi tubruk yang bisa dinikmati kapan saja. Racikan yang diolah itu merupakan resep kopi bubuk tradisional dari  warisan Kakek Bejo.

Owner Kopi Pit  Jessi sengaja mengemas kopi retail dengan kualitas kopi giling. Dengan tagline Kopi Pit, “Kopi tubruk yang tidak bikin ngantuk”,  dia mengklaim seduhan kopi miliknya tak bikin kembung.  Jessi berencana membuka micro roostery  dan  co working space di Kutoarjo.

Para tamu bisa melihat cara mengolah kopi hingga menyajikan kopi serta tetap mempertahankan eksisteni Kopi Pit,  Jessicca bahkan sudah mengurus merk dagang Kopi Pit untuk mendapatkan HAKI. Sehingga pada 2018 dia bisa memulai produksi usahanya.

Harga Kopi Pit lebih terjangkau  daripada  merek lainnya serta mengambil biji kopi asli eks Kabupaten Kutoarjo yaitu dari Kecamatan Bruno, di lereng perbukitan Kecamatan Bruno. Kopi Pit menyediakan varian robusta dan arabika.

Dengan melestarikan kuliner khas Kutoarjo yaitu kopi sepeda yang ada semenjak tahun 1920 dan  diganti nama menjadi  Kopi Pit oleh  Jesicca merupakan  satu acuan gambaran legenda kopi di Kecamatan Kutoarjo Kabupaten Purworejo telah turun temurun,  masih eksis dan melegenda serta selalu ada di hati masyarakat  hingga saat ini. Satu Famili kopi Sepeda tidak hanya Kopi Pit tapi juga ada Kopi Munthu yang sudah punya brand dan eksis mulai tahun 1950. 

Dulu merek dan brand Kopi Sepeda sudah ada karena bertambah satu merek lagi yaitu Kopi Muntu oleh Pak Simananda atas persetujuan Mbah Bejo, tetapi setelah dijalankan dengan dua  merek menjadi cukup keteteran setelah itu, di tahun 1990an diputuskan memilih satu  merek saja.

Lantas nama Kopi Muntu yg dipilih oleh Pak Simananda, sekarang Kopi Muntu dikelola oleh menantu Bapak  Simanda yang tak lain suami dari Christine Simananda. Jadi Kopi Muntu dan Kopi Pit satu famili dan se trah dengan Kopi Sepeda,  hanya saja  berbeda merek.

Kopi Sepeda, Kopi Muntu, dan Kopi Pit sudah menjadi kuliner khas Kutoarjo serta menjadi legasi juga kebanggaan masyarakat Kutoarjo Semoga selalu lestari serta mempunyai brand  tinggi di kancah nasional dan internasional sehingga bisa mendongkrak citra positif Kota Kutoarjo.

Source: Ahli waris, Jessica T

credit photo: Andy.

About the author

pronect

Add Comment

Click here to post a comment