Inspirasia

Gus Tamim: Ponpes dan Biro Travel At Tamimi Sebagai Media Dakwah.

Kadangkala perjalanan hidup manusia atau pencapaian  sekarang ini tidak pernah diduga dan direncanakan matang sebelumnya. Semua ikut dari garis semesta dan hanya Allah Swt sebaik-baik Maha Pengendali dan Pengatur segalanya.

Mungkin kiasan ini tepat dialamatkan kepada sosok supel, komunikatif dan pandai agama bernama KH. Mutammimul Masholih Azhar, atau para sejawat dan santrinya akrab memanggil dengan nama Gus Tamim.

Pada awalnya tujuan pria asal Purwodadi, Purworejo ini ke Makkah, Arab Saudi tak lain dan tak bukan untuk belajar dan mukim atau tinggal di komplek pesantren Murobby Ruukhi  Sayyid Muhammad bin Sayyid Alawy Al Maliki Al Hasani di Rusyaifah Makkah.

Periode tahun 1997 sampai dengan 2005 itulah atau kurang lebih selama delapan tahun Gus Tamim muda tampak khusyuk dan fokus dalam pengembaraan ilmu di tempat ulama yang sudah kesohor melahirkan para ribuan ulama Indonesia dan penuh dengan kesantunan serta kelembutan, dan sangat murah hati sosok empunya pesantren ini.

Waktu itu, beliau ngenger dan ngaji di Rusyaifah Makkah, tanpa kiriman sepeserpun dari keluarga di Indonesia atau teman sejawat di sana. Dasar otak kreatif dan kepepet dari keterbatasan kondisi, diakali Gus Tamim dengan cara menyewa mobil untuk mengendarai menjadi taksi, yang berfungsi sebagai antar jemput tamu ndalem Rusyaifah, juga jasa mendorong jamaah haji (mutowwif) sa,i dan towaf.

Jasa ini ada di saat travel tur haji dan umrah zaman dulu, atau tahun 2000an ke bawah dan juga tak jarang mengantar tamu-tamu pribadi dari Abuya Muhammad bin Sayyid Alawy Al Maliki Al Hasani ke dataran tinggi Ta,if, dimana disana ada sebuah villa peristirahatan Abuya, dan rutenya pun sangat ekstrim, atau istilahnya jalan jabal, lebih parah daripada jalan Nagrek Bandung.

Keluarga besar Rusyaifah sangat perhatian dan memperhatikan semua kondisi santri, terutama dari nusantara. Dan khusus untuk santri ndalem atau dalam dimana tinggal di dalam rumah Abuya, diberikan oleh beliau untuk sekedar beli jajan atau makanan kecil antara 300-500 real. Jumlah santri ndalem Rusyaifah saat itu ada sekitar 60an santri yang berasal dari Indonesia, Malaysia, Yaman, Sudan, Barmawi, Ethiopia, Thailand dan Makkah sendiri.

Gus Tamim mengisahkan, ada pengalaman yang bagi orang lain terkesan sederhana, tapai baginya sangat berkesan yakni, tatkala ia menjadi seorang tullab atau pelajar laki-laki, dan masih sangat muda, beliau mengalami bermain sepakbola bareng di Qo,ah atau halaman depan ndalem Rusyaifah Makkah Al Mukarromah bersama sekarang yang menjadi pimpinan pesantren yakni, Sayyidil Walid Al Habib Dr. Ahmad bin Muhammad Al Maliki Al Hasani, MA.

Bagi Gus Tamim, sosok Sayyid Ahmad bin Muhammad Al Maliki Al Hasani, selain sebagai seorang guru juga  sahabat dan teladan yang sudah seperti saudara sendiri, karena terhubung di tempat ini semenjak dari sang Ayahanda. Beliau dan keluarga besar Rusyaifah sangat sayang kepada beliau, dan juga santri-santri dari Indonesia tentu saja.

Makkah Madinah sudah seperti menjadi negeri kedua bagi dirinya sebagai media atau sebentuk alat dakwah yang terdiri dari beberapa bidang usaha. Dan kembali lagi sebagai bentuk ketaatan dan pengharapan doa terbaik kepada keluarga besar Gurunda, Gus Tamim mewajibkan sebagai sebentuk wasilah untuk segenap keluarga besar dan rombongan dari At Tamimi, baik dari haji, umroh dan pondok pesantren untuk wajib sowan ke ndalem Rusyaifah .

Selain sebagai sebentuk wasilah juga sebagai “charger” diri untuk dirinya juga semua santri-santri yang beliau asuh di kampung halamannya, yakni pondok pesantren putra & putri Al Azhar Karangsari Purwodadi, Kab Purworejo. Beliau berpendapat yang pendapat ini sudah jamak dan umum di kalangan santri, yakni siapa saja kita di mata seorang Guru ialah tetap santri.

*** *** ***

Gus Tamin mengisahkan, seperti sudah disebut di awal, dari awal pengembaran belajar mengaji di Rusyaifah, dan beberapa kondisi yang mengharuskan beliau harus melakukan kegiatan itu untuk mendapatkan uang saku. Karena sudah hafal kondisi Makkah dan Madinah, dan saban tahun juga melaksanakan ibadah haji dan umrah, kemudian tercetuslah untuk membuka At Tamimi Travel Haji & Umrah.

Dimana tujuan mulanya ialah dengan bekal ilmu dan puluhan tahun mengenal medan Makkah dan Madinah, ada tujuan yang lebih utama lagi yaitu sebagai media dakwah dan kreatifitas untuk mandiri. Karena dengan adanya biro travel, dan tentu saja network dari beliau bisa untuk subsidi silang dan menopang keberlangsungan pondok pesantrennya juga, sehingga santri dan pengasuh yang ada di sana bisa lebih fokus.

Dalam Attamimi Grup, Gus Tamim langsung bertindak sebagai Direktur. Dan Alhamdulilah semenjak Attamimi Travel Haji & Umrah berdiri, mampu memberikan pelayanan yang prima kepada semua tamu Alalh Swt yang agung itu, atau dalam istilah arabnya, sebagai duyufurrahman. Hak dan kewajiban dari para jamaah adalah utama, dan Gus Tamim tak segan turun langsung untuk mengawal, atau bahkan sekedar bersama-sama untuk makan “mayoran” nasi kebuli misalnya.

Nama besar, atau ketenaran dari At Tamimi dan sosok KH. Mutammimul Masholih Azhar, atau Gus Tamim di area Makkah Madinah dan dunia haji umrah sudah besar. Beliau bahkan sampai detik ini belum berniat membuka cabang At Tamimi Travel Haji dan Umrahnya dikota-kota lain se Indonesia.

Padahal para pejabat tinggi Indonesia, para ulama siapa yang sudah tidak kenal dengan Gus Tamim yang selalu bersahaja dan tidak berubah keramahan dan kesantunannya ini. Mulai dari para Gubernur, Menteri Agama, para Ketua PBNU dan ulama-ulama Indonesia sudah hafal dan kenal betul dengan beliau yang saat di Rusyaifah seangkatan dengan KH. Ahmad Azaim Ibrahimy, KH. Najih Maimun Zubair, KH. Idror Maimun Zubair, KH Mustoleh Borobudur, KH Kharis Masduqi Gunungkidul dan banyak lainnya.

Tetap sehat selalu, keberkahan memancar dan lancar untuk kegiatan keluarga besar At Tamimi baik yang ada di tanah air atau Makkah dan Madinah. Semoga kita bisa mengambil nilai-nilai kebaikan atau hikmah ini dan bisa lekas menyusul untuk menjadi Tamu Allah di tanah suci.