Oleh: Ilhan Erda-Sidiq
Tariqat sebagai jalan menempuh hidup religiusitas, sebuah cara tuntunan agar disiplin atau “ sustainable” dalam perilaku mempunyai peranan penting dalam menjaga marwah spiritualisme dan tegaknya budi di negara-negara Islam dalam lingkup Asia Tenggara ( ASEAN). Tidak terkecuali di Negeri Bagian Johor, Malaysia. Tepatnya berasal dari daerah bernama Pontian.
Dunia sufisme di negara Malaysia, seperti kebanyakan daerah-daerah bertagar sama Nusantara ialah sama asal muasal salah satu tariqatnya. Dalam hal ini Tariqat Qadiriyah Naqsyabandiyah. Yaitu berasal dari dua sumber, kalau tidak berasal dari Makkah Al Mukarromah atau India.
Dan di Pontian sendiri, sama berasal dari dua sumber pula, aliran Qadiriyah ini, yakni kalau tidak berasal dari Makkah ya Jawa atau Indonesia. Salah satu putra Pontian yang merupakan kader, produk dari “ Jawa” ini ialah Haji Ahmad Shah.
Sepenjuru Pontian, siapa yang tak mengenal sosok kelahiran tahun 1901 ini. Haji Ahmad Shah, atau nama aslinya Haji Muhammad Shah, dengan kesantunan budi, ketauladanan dan kewalian sebagaimana di yakini oleh masyarakat Melayu Pontian dan negeri Johor membuat aliran Qadiriyah Naqsyabandiyah menyebar dengan cepat di sana.
Haji Ahmad Shah, adalah putra dari Haji Abdul Jabbar yang berasal dari Demak, Jawa Tengah dan ibu bernama Marwiyah binti Hj Abdul Gafar. Mengenal idiom “ Demak”, tentu masyarakat Melayu akan tertuju ke konotasi sebuah imperium Islam abad pertengahan, yakni Kesultanan Demak, ada Raden Pattah atau Fatah dan sosok maestro cendekiawan muslim ternama, anggota Walisongo dan sesepuh Demak Bintoro saat itu, yakni Sunan Kalijogo.
Haji Abdul Jabbar, setelah di rasa bekal agama cukup, terutama ilmu tasawuf berbekal belajar dari pondok pesantren di Jawa Tengah juga dari pondok sang Ayah, lantas memutuskan pergi dan hijrah ke Pontian bersama Bapaknya atau kakek dari Haji Ahmad Shah yakni Haji Umar bin Hj Othman. Di mana keduanya juga sudah kesohor di Jawa saat itu.
Haji Abdul Jabbar di Pontian tak lama kemudian menjadi Imam Masjid Rimba Terjun. Ayahanda Haji Ahmad Shah ini meninggal di tahun 1963 masehi.
Sosok Haji Ahmad Shah, terus menjadi teladan, dan meneruskan jejak sang Ayah untuk berdakwah di Pontian dan negeri Johor. Bekal ilmu Al Quran, dan tasawuf selain dari Bapak dan kakeknya yakni Haji Abdul Jabbar, Haji Umar juga tercatat beliau berkelana ke Guru Abdul Karim Tamim di Deli, dan juga di tanah Jawa kepada Kyai Zarkasyi Berjan Purworejo dan Kyai Hasan Makruf mulai tahun 1927- 1930 masehi.
Tidak habis dari sini. Pun Haji Ahmad Shah, selepas dari Purworejo dan Kebumen kemudian pergi ke Damaskus Suriah dan belajar kepada para Habaib bab sufi dan kemudian ke Makkah Al Mukaromah untuk belajar kepada Syaikh Ahmad Khatib Al Sambasi dari Indonesia, yang juga pengarang kitab Fathul Arifien.
Kesan dan perintah dari Haji Ahmad Shah, sampai kini masih terus di taati oleh jutaan masyarakat Melayu Pontian khususnya dan Johor pada umumnya. Seperti salah satu ilmuwan Malaysia dari National University of Malaysia, yang juga keturunan Melayu Jawa Prof Shahidan Radiman.
“Haji Ahmad Shah yang pernah berguru ke KH Zarkasyi Berjan Purworejo, sama daerah dengan Bapak dan kakek saya ini adalah bapak saudara, atau paman guru kami sekarang di Malaysia. Beliau ambil tariqat dengan sang Paman saat usia tujuh tahun.” tukas Profesor nuklir yang sering ziarah ke Kadilangu Demak dan Bagelen Purworejo ini.
Demikian sedikit riwayat dari keluarga besar Haji Ahmad Shah. Alfatihah selalu tercurah buat beliau, dan selalu jaya Islam di Pontian untuk menjadi penjaga keutamaan budi & sikap dalam era global sekarang ini.
Tabik!
# Disarikan dari berbagai sumber
Add Comment