Ganeca Convention Hall, demikian gedung bersejarah ini sekarang menyandang nama. Gedung dua lantai dengan total tampungan sekitar 2500 orang dan menghabiskan dana 18,8 milyar yang bersumber dari dana APBD Kabupaten Purworejo tahun anggaran 2019.
18 Milyar bukan angka yang sedikit bagi daerah miskin dan berpenghasilan rendah, minim investor seperti Purworejo ini. Apalagi jika pembangunan gedung yang sudah diresmikan oleh Bupati Purworejo, Agus Bastian di tanggal 27 Februari 2020 bersamaaan dengan peresmian proyek-proyek lain di Purworejo senilai 105,9 milyar ini meniadakan unsur sejarah dan kaitan emosi warga Purworejo.
Gedung Wanita Purworejo, demikian nama yang sangat familiar bagi panggilan gedung yang pada mula di bangun dan diresmikan oleh Jenderal Ahmad Yani di tanggal 21 April 1964 saat beliau mengemban amanah sebagai Menteri/ Panglima Angkatan Darat.
Ibunda Jend Ahmad Yani: Murtini Wongsoredjo & Bapak Wongsoredjo bersihkan lahan Gedung Wanita Ahmad Yani.
Gedung Persatuan Wanita adalah nama pertama gedung ini di selubung peresmiannya. Jenderal Ahmad Yani yang begitu inten perhatian kepada daerah kelahiran meski saat itu sudah menjadi orang pertama militer Indonesia, tetapi komunikasi dan sumbangsih keluarga besar nya di Rendeng Purworejo tetap tercurah dan mengalir untuk Kabupaten yang memang banyak melahirkan pejuang ini.
Gedung Wanita Purworejo ini salah satu wujudnya, karena selain Ibu Murtini M Wongsoredjo, atau Ibunda Jenderal Ahmad Yani sebagai anggota GOW Kabupaten Purworejo ( Gabungan Organisasi Wanita Purworejo ), tetapi Bapak dan Jend Ahmad Yani sendiri setuju agar Purworejo yang di inisiasi, terinspirasi dari cita-cita dan semangat besar para perempuannya dapat teraktualisasikan lewat gedung yang baik pada eranya.
“ Turut mendoakan agar terlaksana tjita-tjita para Ibu di Purworedjo.” Demikian pesan singkat Jenderal Yani yang prasastinya masih tergeletak di gedung lama.
Peresmian Gedung Wanita Purworejo ini sangat membanggakan, khususnya bagi segenap anggota GOW Kabupaten Purworejo dan keluarga besar Jenderal Ahmad Yani yang saban hari tak luput untuk memantau perkembangan pembangunan gedung ini.
Pun dari Ibu dan Ayahanda yang mulai dari “bedhol bumi”, pemilihan tempat, pembersihan dan peresmian tak ketinggalan untuk selalu memantau. Komunikasi dengan pemangku kebijakan, yakni Bupati Purworejo: Slamet Soetohardjono.
Jenderal Ahmad Yani inten komunikasi dengan pemerintah, dan Bupati Purworejo. Apalagi Yani sesekali sering mengadakan tontonan gratis baik berupa wayang, orkes dan lainnya dalam rangka tasyakuran kelahiran anaknya, slametan dan lainnya di Purworejo dan Gebang.
Pembangunan Gedung Baru, Penghilangan Jatidiri dan Sejarah?
Kini, wujud dari gedung yang menyimpan memori dan emosi dalam bagi warga Purworejo sudah tiada berbekas lagi. Mungkin impian dan semangat Bupati adalah sama di tahun 2020 dengan 1964 ini. Pembaharuan dan progresifitas pembangunan untuk kebanggaan masyarakat Purworejo?
Yang sebagai catatan akhir, jangan sampai “ membabat akar-akar sejarah” dan identitas khas dari rakyat Purworejo, semangat Bagelenan dan peninggalan-peninggalan dari mereka, apalagi sebagai pahlawan nasional asli kelahiran Purworejo. Jasmerah.
Kenapakah juga Gedung Wanita Ahmad Yani harus berganti nama menjadi kebarat-baratan seperti sekarang ini?
Add Comment