Kementerian Koperasi dan UMKM, dalam tahun 2019 ini kembali menghadirkan Pelatihan peningkatan kapasitas SDM KUKM yang bertempat di Hotel Sanjaya Inn Purworejo( 7-9/8/2019).
Dengan konsentrasi pelatihan batik dan sangkar burung. Deputi Peran Serta Masyarakat Bid SDM tak ingin kegiatan ini hanya terkesan “ angin lalu”, maka dari 60 peserta adalah pelaku usaha batik dan sangkar burung dari sentra sangkar burung di Wirun-Purworejo.
Untuk batik, di datangkan maestro batik dari Pekalongan, yang namanya sudah tak diragukan lagi. Sapuan menekankan, untuk menjadi kebanggaan, dan fasenya perlahan bisa menjadi seperti Pekalongan ya harus serius & ada kolaborasi jangka panjang dari Pemkab Purworejo dan perajin batik di Purworejo.
Boleh, desain dan ornamen yang kontemporer seperti sekarang ini motif bedug, manggis, ettawa dll, sembari riset terus untuk menjadi basik batik Purworejo yang sebenarnya.
Adipurwo yang otentik seperti apa? Bukankah batik Purworejo era 1800-1900 juga ada sentranya di Baledono, Banyuurip, Bagelen dll? Pekalongan dengan gaya pesisiran juga sama, ini didukung oleh Bupati dan serempak dari 400 UMKM batik se Pekalongan ya masuklah batik Pekalongan selain sebagai branding city daerah juga masuk di jaringan kota kreatif dunia UNESCO.
Senada dengan bidang batik, Wayan Suparta dari Tegalang Ubud juga sama. Perajin sangkar burung yang punya workshop di Ubud, Jember dan Mojokerto ini mengatakan kekuatan dari Ubud ialah sudah solid, terbuka dengan dunia luar lebih awal, apalagi “ habits culture” seratus persen mendukung.
“Wirun, sudah ada potensi. Karena mungkin turun temurun sebagai perajin. Tinggal sabar belajar gaya-gaya, selera dari luar, pemasaran dan improvisasi lainnya.” urai lelaki Ubud yang anaknya seorang seniman rupa dari ISI Yogyakarta ini.
Haryanto, Asdep Peran serta Masyarakat Bidang SDM Kemenkop menyatakan sama, “ Di undangnya Wayan Suparta dan Sapuan ya agar semua perajin termotivasi. Memang beda kelasnya, batik Pak Sapuan saja harganya 50 juta-250 jutaan, dan sangkar burung pak Wayan rerata 1,5 juta rupiah.” Transfer knowledge, motivasi dan semoga ada kolaborasi, MOU nantinya.” imbuh lelaki asal Wonoroto Purworejo ini.
Penutupan di Sanjaya Inn, Pelatihan & Inkubasi Wirausaha.
Haryanto yang turun langsung dari Jakarta dengan di dampingi 7 stafnya ini, sangat bergairah membantu tanah kelahirannya. Selepas dari kegiatan di Jayapura beliau lekas menyambangi Purworejo dengan dua titik utama pelatihan sangkar burung & batik di Sanjaya inn serta Inkubasi Wirausaha Polsa Kutoarjo di Hotel Plasa Purworejo.
Sebelumnya bapak ramah senyum & penyabar ini juga membantu di helatan Diaspora Purworejo 2019: Sudirman Jakarta Pusat serta Expo Purworejo 2019 di TMII.
Inkubasi dengan Polsa Kutoarjo sudah berjalan tiga tahunan dan tahun ini ada 30 tenant. Total dengan pelatihan sekitar 90 peserta.
“ Ya sebagai putra asli Purworejo yang kebetulan di amanahi Tuhan Yang Maha Esa dengan posisi dan jabatan ini bisa membantu tanah kelahiran adalah suatu kebahagian. Dasarnya ialah niat, nawaitu kepada Tuhan Yang Maha Esa yang lurus. Berhasil atau tidak, niat yang sama atau beda dengan partner atau mitra di daerah itu soal lain.” Imbuh Haryanto.
Pak Sapuan, yang menjadi kebanggaan Pekalongan adalah sahabat lama dari Asdep Kemenkop UMK, seorang pegiat Maiyah Emha Ainun Nadjib juga dan Wayan Suparta dengan kerendahan hati khas warga Ubud menunjukkan kualitas nya sedang Dr Mulyadi Nitisusastro, pemilik Polsa Sawunggalih Aj Kutoarjo selalu mendukung & terdepan dengan apa yang menjadi program dari Kementerian Koperasi & UMKM di Kabupaten Purworejo. ( ie)
Add Comment