Feature

Kol. ( Purn). H. Soepantho: Bupati Purworejo Tahun 1975 Yang Visioner & Membumi !

“ Bapak seorang yang keras, tegas. Dan dalam beberapa hal terkesan “koppig”, karena teguh memegang prinsip.” ( Terri Semestari: Putri ke 3 Kol. ( Purn). H. Soepantho

Tetapi sebagai sosok Ayah, apapun yang di tuntut menjadi sosok Ayah ideal, atau ayah idaman dimiliki semua oleh alm Bapak kami. Terri menambahkan.

Menganggap keluarga sebagai harta yang harus di jaga,  all out mencintai anak-anaknya, meski kadang dengan gaya budaya Jawa yang tidak terlalu ekspresif. Dr. Ida Savitri adik dari Terri juga menambahkan sosok Ayahnya, mantan Komandan Danraider 412 Purworejo yang juga Bupati Purworejo ke 12 ini.

H. Soepantho memimpin Purworejo saat kabupaten ini dalam kondisi yang stagnan. Banyak kekurangan-kekurangan dan seperti tradisi klasiknya, di tinggal banyak putra-putri daerahnya hijrah ke Jogjakarta, Jakarta atau kota besar lainnya untuk menuntut ilmu di perguruan tinggi atau mencari pekerjaan dan bahkan bertransmigrasi ke Jambi, Lampung dan pulau-pulau luar Jawa.

“ Kalau boleh saya bilang, istilah “ blusukan” sudah beliau lakukan di tahun 1975 ke sini dalam pemerintahannya. Jauh Presiden Indonesia sekarang mempopulerkan . “ urai Angko Setiyarso, Ketua DPRD Purworejo tahun 2009-2014.

“Pak Pantho juga banyak inovasi dan langkah-langkah efektif yang saya ingat, seperti membuat pembangkit tenaga bayu di daerah pesisir, pembukaan jalan baru untuk daerah terisolir dengan cara mendinamit di bantu bataliyon 412 Purworejo seperti di daerah Sumongari, Kemanukan, Hargorojo, Sawangan, Wonosido, Bruno dan banyak daerah lainnya.”tambah Ketua Dewan Kesenian Purworejo ini.

Senada dengan pendapat putri ke tiga, Terri dan Ketua Dewan Kesenian Purworejo, pendapat dan sudut pandang akan sosok Pak Pantho, dari Jogjakarta juga masuk.

Dr. Sudibyo, dosen sastra UGM  dari Butuh Purworejo mengatakan:” Saya mengamati kinerja Pak Pantho dari jauh karena tinggal di tepi barat wilayah Kabupaten Purworejo. Seingat saya beliau merupakan pemimpin yang disegani. Sebagai partner kerja Gubernur Soepardjo Rustam, Pak Pantho telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Di sisi Pak Pantho ada Bu Nani Soepantho (Bu Pantho), ketua tim penggerak PKK Purworejo yang enerjik.

Saya masih mengingat dengan baik, kunjungan Bu Nani mendampingi Pak Bupati ke desa saya dalam kesempatan Lomba Desa tingkat kabupaten, menyebabkan saya dan beberapa teman berlatih karawitan hampir setiap sore.

Tugas kami menyiapkan iringan tari Bambangan Cakil  yang dipersembahkan kepada Pak Bupati beserta Ibu Nani dan para anggota dewan juri.  Bu Nani dengan akrabnya mengganit lengan Mbah Glondong Putri Resodidjojo, nenek lurah desa kami hadir di tempat penilaian. Entah kenapa peristiwa itu selalu lekat dalam ingatan saya.

Mengenang Bu Nani saya jadi ingat Mbak Terri dari  sisi kelincahannya dan Mbak Yenti dari penampilannya. Semoga Bu Nani berada di tempat yang mulia di Hadirat Allah SWT.”

Sedang Dibyo Soemantri Priyambodo, di Kota Jogjakarta. Sahabat sedari kecil dari putra-putri Pak Pantho, berkata:” Saya kenal dekat  dengan keluarga besar beliau. Secara karakteristik Bapak, adalah pribadi yang “ lembah manah”, kendatipun tegas dan lugas  dalam pengambilan keputusan. Beliau seorang Ayah yang baik dan lembut terhadap anak-anaknya.”

Beliau setiap pagi sampai menjelang petang berkeliling sepenjuru Purworejo, dari 16 kecamatan dengan jadwal yang padat tetapi enjoy, karena sudah kebiasaan juga beliau adalah mantan seorang Perwira TNI.

Generasi milenial banyak yang sudah tak tahu kiprah daripada Bapak dari enam putra-putri di mana kesemuanya berpendidikan tinggi dan berhasil di bidang masing-masing ini, yakni:  Yenti Garnasih, Krisna Drastianto,  Terri Semestari, Rahmadani Iman Irianto, Iriandi Azwartika & Ida Savitri Laksanawati.

Bapak membuat Kabupaten Purworejo menjadi daerah terbaik dalam pembayaran Pajak PBB yang tadinya sangat buruk, PAD Kabupaten Purworejo juga meningkat, pembangunan Guest House Pendopo, perbaikan tempat tinggal & taraf hidup di Grabag, Ngombol sekitarnya dengan cara membuat tambak, kincir angin & sawah tanpa pematang.

Juga tak luput, daerah kota di cobanya dengan membuat karamba di saluran induk Sungai Kedungputri yang membelah Purworejo. Ada lagi pembangunan patung pahlawan nasional WR Supratman di persimpangan Pantok, sebagai bangunan ikonik, sekaligus mulai mengurus keabsahan hari lahir sang Komposer legendaris dari Sumongari ini.

H. Soepantho, menekankan betapa pentingnya pendidikan dan seni. Semua putra-putrinya selain di sebut di atas tadi mengenyam pendidikan tinggi, juga tak asing dengan kegiatan seni budaya sedari kecil. Pendopo Purworejo ramai dan semarak dengan kegiatan menari, melukis ataupun putra-putri beliau juga ikut komunitas seni budaya yang ada saat itu seperti Warusoe dan Muda Adikarsa.

Setelah rentang jabatan menjadi Bupati Purworejo, atau usai menjadi Danyon 412 Purworejo, di tahun 1985 beliau kembali mengabdikan diri dan menjadi warga biasa dengan menetap di bilangan rumah yang sederhana di Jogjakarta dan Ngrapah Doplang Purworejo.

Beliau adalah Bapak nomor satu terbaik buat keluarga dan istri tercinta, Ny Nani Minarti serta segenap rakyat Kabupaten Purworejo era 1970 an akhir. Sosok yang legendaris, visioner dan membumi tentu saja. Kini namanya di abadikan juga menjadi jalan di Kecamatan Kaligesing dan Kecamatan Bruno, Kab Purworejo.( ie)

About the author

pronect

1 Comment

Click here to post a comment

  • Ya benar sekali beliau adalah sosok pribadi yg berkepemimpinan Ing Ngarsa sung Tuladha,Ing Madya Mangun Karsa,Tut Wuri handayani, ayahanda kami bangga turut mendampingi dari bawah sepak terjang beliau,subkhaanallaah,rahiemahullaah….rahiemahumullaah,aamiin….