Opini menjelang Pilkada
Sepatutnya memang ada benang merah dan tali-temali kokoh antara strategi pemerintah dengan operasionalisasinya di daerah. Khususnya terkait kebijakan pembangunan di masing-masing daerah.
Kalau kita ingat pidato Presiden RI pada Sidang Paripurna MPR-RI setahun yang lalu mengetengahkan bahwa dalam dunia yang penuh resiko, sangat dinamis dan kompetitif, semua pihak harus mengembangkan cara-cara dan nilai-nilai baru. Sehingga tidak terjebak dalam rutinitas dan monoton.
Ironisnya, seringkali jajaran birokrasi melaporkan program sudah berjalan, anggaran yang besar digelontorkan, akan tetapi kenyataan di lapangan, masyarakat belum menerima manfaatnya. Bahkan belum paham adanya program tersebut.
***********
Berangkat dari fenomena itu, maka dibutuhkan sistem komunikasi timbal balik yang intens antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sehingga terpantau “mozaik” pembangunan dan progresnya di masing-masing daerah yang heterogen.
Lantaran situasi dan kondisi masing-masing daerah tidak sama. Dalam pengertian “comparative advantage” berbeda, bukankah ada daerah yang surplus, tetapi banyak pula yang minus?
Maka tidak ada metoda “cespleng” untuk membangun suatu daerah, selain mengutamakan “competitive advantage”, yaitu membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
*************
Mencermati substansi program pemerintah bahwa lima tahun ke depan pembangunan SDM menjadi prioritas utama. Yaitu membangun SDM yang pekerja keras sekaligus pekerja cerdas, dinamis, trampil serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
Maka banyak kesempatan terbuka, jika masing-masing daerah mampu membangun SDM yang unggul. Tentunya didukung ekosistem politik dan ekonomi. Termasuk keberadaan industri sebagai “kawah candradimuka” membentuk sikap profesional dan produktif berbasis kompetensi (Competency based).
Sekedar contoh bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta yang awalnya mengedepankan karakter “Among Tani”, tetapi hadirnya Bandara “Yogyakarta International Airport” (YIA), maka kini strategi DIY tidak hanya Among Tani, tetapi juga karakter “Dagang Layar”
Pembangunan DIY Yogyakarta yang berorientasi pada pertanian, kini dilengkapi dengan potensi kelautan. Lantaran adanya kesadaran bahwa pantai selatan Yogyakarta potensial dikembangkan mengikuti “multiplier effect” keberadaan Bandara YIA.
Kembali pada keberagaman masing-masing daerah, sepatutnya tiap daerah, atau wilayah membangun manusia unggulan sebagaimana idiom “The Right Man in The Right Place at The Right Time”.
**********
Falsafah yang dianut “Alon-alon Waton Kelakon”, atau SDM yang rancu mengartikan istilah “Besok” dengan “Mbesok”, di era global dan “disruptif” perlu mendapatkan pemaham baru, yaitu “Time is money”.
Jika sebuah daerah telah memiliki beberapa industri, sesungguhnya merupakan peluang kerja bagi SDM dengan beberapa keuntungan. Yaitu warga terdidik tidak perlu mencari pekerjaan ke kota lain.
Pengangguran terbuka maupun terselubung dapat terserap oleh industrialisasi, terjadi proses pembelajaran bagi warga untuk bersikap jujur, disiplin, konsisten, konsekuen dan bertanggung jawab dalam setiap tindakannya.
Dan last “but not least” perlu ada pemangkasan dan penyederhanaan berbagai regulasi yang berlaku. Pada dasarnya birokrasi yang panjang, tidak “sexy” di mata investor, selain juga menyuburkan tindakan koruptif, kolusi dan nepotisme.
***********
Di sisi lain, pimpinan di suatu daerah perlu memahami karakter, budaya, motivasi dan produktivitas seluruh warganya. Karena sesungguhnya SDM adalah “assets” yang patut diasah dan dikembangkan terus menerus sesuai kompetensinya
Dalam metoda pengembangan SDM yang unggul, profesional dan kompeten di satu daerah, pada hakekatnya tidak berbeda jauh dengan metoda dalam organisasi korporasi.
Produktivitas dan motivasi bekerja akan terwujud jika setiap pemimpin di masing-masing lini kerja menguasai Analisis Beban Kerja maupun Analisis Jabatan, sehingga lahirlah kompetensi sebagai dasar penempatannya.
Sekedar gambaran. Baik ASN, pegawai BUMN maupun karyawan swasta patut mengutamakan jabatan fungsional yang lebih menghargai keahlian, profesi maupun kompetensi. Ketimbang hanya mendirikan kerajaan-kerjaan kecil atau “kingdom”di unit kerjanya.
Setiap pemimpin, apakah jabatannya Lurah, Camat, Bupati, Direktur maupun menteri, sepatutnya memiliki “leadership” dan “managerial” yang handal, lantaran punya kedudukan strategis sebagai Sosok Panutan, Inspirator, Motivator serta Instruktur bagi jajaran dibawahnya, termasuk masyarakat dan anak bangsa pada umumnya.
Begitulah barangkali salah satu strategi membangun daerah, melalui penciptaan SDM yang unggul. Bukankah negeri yang indah ini terdiri atas sekumpulan daerah yang beragam?
*DSP, Mantan BOD & BOC di BUMN
Add Comment