Oleh: DSP (Psikolog tinggal di Yogyakarta)
Jati diri sebuah kota, selain ditentukan rancang bangun dan tata kota, nilai-nilai filosofis dan kebudayaan, ternyata juga terbangun dari konsep diri, kepercayaan diri serta “way of life” warganya.
Kota lama Purworejo sesungguhnya memiliki kesemua nilai tambah untuk pengembangan kota tercinta. Rancang bangun dan tata kota eks ibukota Karesidenan Kedu tersebut sesungguhnya sangat indah.
Kota Purworejo dibelah oleh Sungai Kedungputri yang terbangun apik pada zamannya. Dipinggiran kota mengalir Kali Bogowonto yang sangar mengesankan siapapun yang melihatnya.
Untuk rangcang bangun dan rekayasa nilai-nilai kebudayaan begitu kaya. Baik berupa gedung-gedung cagar budaya serta sarat nilai-nilai luhur. Betapa kita sering mengabaikan rancangan unik dan sarat filsafat bangunan di sekitar alun-alun Purworejo.
Barangkali Purworejo hanya salah satu kota yang membangun Masjid Agung berhadapan dengan Gereja dan kantor Bupati berhadapan dengan rumah dinas Bupati, sementara ditengahnya membentang alun-alun yang luas.
Kesemuanya adalah “comparative advantage” yang telah dimiliki kota lama Purworejo. Hanya saja belum begitu terdengar “greget” warga untuk menyulap “Comparative Advantage” menjadi “competitive advantage” sehingga terkesan warga menjadi apatis.
Padahal kalau jujur, Kota lama Purworejo memiliki banyak Jenderal yang terkenal di belahan dunia, seperti Jenderal A. Yani, jenderal Sarwo Edhie Wibowo dan masih banyak yang lain
Bahkan lulusan pendidikan seantero sekolah di Purworejo juga diakui dunia nasional maupun internasional. Terbukti tidak sedikit ilmuwan, pejabat negara yang berasal dari Purworejo.
Bahkan Presiden BJ Habibie memiliki darah Purworejo, disamping Jenderal Sarwo Edhie Wibowo yang bermenantukan Presiden RI ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono.
Kurang modal apalagi untuk membangun kota lama Purworejo jadi kota yang “berirama”, semarak gegap gempita dengan derap pembangunan industri, sekaligus meningkatkan harga diri dan perekonomian warga.
Hingga sudah saatnya kita semua, seluruh warga membangun kepercayaan diri, hapus rasa “ minderwaardigheid complex” yang menyelimuti sebagian warga. Saatnya kita membangun semangat, mengguncang budaya apatis maupun statis, jadi warga yang kreatif dan innovatif.
Melalui konsep diri dan kepercayaan diri yang kuat, niscayalah kejayaan Purworejo dan kemakmuran warganya bukan merupakan impian semusim.
Mari kita dorong Pemda dan para pengampu kekuasaan berani membuat terobosan-terobosan. InsyaAllah Purworejo akan menjadi kota kebanggaan seluruh warganya.
Add Comment