Historiana

Pangeran Purboatmodjo Kutoarjo: Bupati Terbaik di Pulau Jawa

Oleh: N Kumolo Adi

Pangeran Purboatmodjo adalah putra Bupati Kutoarjo yang ke-8, tapi kalau dimulai dari era kolonial Belanda dengan patokan kekalahan Pangeran Diponegoro di bulan Maret tahun 1830 maka Pangeran Purboatmodjo adalah Bupati Kutoarjo yang Ke-4.

Pangeran Purboatmodjo adalah putra K.R.T. Pringgoatdmojo Bupati Kutoarjo yang ke-3.
Pangeran Purboatmodjo lahir pada Kamis legi tanggal 19 Oktober 1849 dan wafat pada Sabtu Wage tanggal 13 Oktober 1928,dalam usia 79 tahun.

Beliau dilantik menjadi Bupati kutoarjo Rabu legi tanggal 19 Oktober 1870 dan menjabat Bupati Kutoarjo selama 45 tahun serta pensiun di bulan Desember tahun 1915. Beliau menjabat Bupati Kutoarjo sekitar umur ± 21 tahun. Beliau menikmati masa pensiun selama 13 tahun setelah itu tutup usia hari Sabtu wage tanggal 13 Oktober 1928.

Pangeran Purboatmodjo Mutiara dari Kutoarjo yang lahir di Ambal pada hari Kamis legi tanggal 19 Oktober 1849 dengan nama kecil Raden Toerkidjo. Ayahnya bernama K.R.M.T Pringgoatdmojo yang sebelum menjadi Bupati Kutoarjo yang ke-7, R.M. Pringgoatdmojo adalah Patih Kabupaten Ambal.

R.M. Toerkidjo Purbo Atmodjo sejak muda dipersiapkan oleh ayahnya untuk mengatasi banjir dan tata kelola air di kabupaten Kutoarjo, R.M. Toerkidjo dikenal sebagai seorang yang senang pada tehnik bangunan air, akhirnya mendapat kesempatan belajar di Kalkuta India untuk mempelajari masalah irigasi di Kalkuta India.

Pangeran Purboatmodjo mempunyai karakter sederhana, kreatif, rajin, cerdas dan penuh inisiatif. Beliau juga memberikan anak-anak nya pendidikan yang layak dan tinggi, semua anaknya fasih berbahasa Belanda.

Setelah beliau kembali dari kalkuta India, pengetahuan yang didapat dari India diterapkan didaerahnya. K.R.A.A. Tjokronegoro II Bupati Purworejo ke-2 juga minta dibangunkan bendungan di Sungai Bogowonto, atas keberhasilannya membangun Bendungan Boro, akhirnya R.M Toerkidjo Purboatmodjo diangkat sebagai mantri Bendungan atau mantri Pengairan di kabupaten Purworejo.

Beliau juga berdinas di Dinas topografi Karesidenan Bagelen sebagai juru ukur dan membuat peta. Pada Rabu legi tanggal 19 Oktober 1870 dengan surat keputusan Gubernur Jendral Pemerintah Hindia Belanda di Bogor R.M. Toerkidjo Purboatmodjo ditetapkan menjadi Bupati Kutoarjo menggantikan Ayahhanda K.R.T. Pringgoatdmojo.

Pada Sabtu Wage tanggal 30 Juli 1887 R.M. Toerkidjo mendapat gelar adipati atau lengkapnya disebut Kanjeng Raden adipati aryo Poerboatmodjo disingkat K.R.A.A.

Atas Dedikasi dan keberhasilannya membangun Kabupaten Kutoarjo menjadi daerah yang subur, makmur, maju dan sejahtera beliau mendapatkan berbagai penghargaan, bintang jasa, gelar juga payung songssong kuning (Payung kebesaran berwarna kuning emas). Beliau mendapatkan Payung Songssong Kuning pada Rabu Wage tanggal 31 Agustus 1898.

Payung Songsong, adalah simbol pembeda strata atau status sosial bahkan jabatan dan pangkat dalam Masyarakat Jawa yang sama fungsinya dengan keris juga tombak. Warna cat dan Streep pada payung songsong Menjadi Pembeda yang mencolok. Warna dasar seperti kuning emas, putih, hijau, biru, merah tua, dan hitam biasanya menghiasi songsong agar terlihat dari jauh.

Simbol strata status sosial tertinggi ditunjukkan oleh warna kuning emas, sedangkan yang terendah ditandai oleh warna hitam. Hal tersebut selaras dengan bagaimana orang mengartikan emas sebagai simbol keagungan sedangkan hitam sebagai pertanda duka atau kematian. Penggunaan songsong pun ada aturannya dan tidak boleh digunakan sembarangan.

Para bawahan raja tidak bisa asal menggunakan songsong ke manapun. Keraton, menerapkan larangan bagi siapapun untuk menggunakan payung di kawasan keraton, kecuali keluarga raja yang bergelar pangeran.

Kemudian pada Sabtu pahing tanggal 01 Oktober 1910 K.R.A.A. Pringgoatdmojo mendapat gelar Pangeran dari pemerintah Hindia Belanda.

Masa jabatan beliau sebagai bupati Kutoarjo adalah dari tahun 1870-1915, beliau banyak menerima gelar, diantaranya : Gelar Adipati, anugerah Bintang Officier Van De Orde Van Oranje Nassau, bintang Agung ridderkruis der orde Van den Nederlandschen leeuw,
anugerah Songsong Kuning dan mendapatkan gelar Pangeran.

Pangeran Purboatmodjo dalam masa kedinasan kebupatiannya dinilai termasuk seorang Bupati diantara yang terbaik di Pulau Jawa. Pangeran Purboatmodjo satu-satunya orang pribumi yang masuk menjadi anggota organisasi lingkungan hidup Pemerintah Hindia-Belanda.

Beliau mengajukan permohonan pensiun pada bulan Desember tahun 1915 dan dikabulkan oleh Gubernemen dengan penghargaan yang tinggi. Selanjutnya Pemerintahan Kabupaten Kutoarjo dilanjutkan putra beliau R. Soemadi yang sebelumnya menjadi Patih Wonosobo dan dilantik sebagai Bupati Kutoarjo pada hari Senin Wage 6 Desember 1915 dengan nama K.R.A.A. Purbohadikusumo.

Salah satu jasa Pangeran Purboatmodjo, Bupati Kutoarjo yang ke 8 adalah berhasil menghapus sistem kerja paksa tanpa upah yang dilakukan pemerintah kolonial Belanda di lingkup pemerintahan eks kabupaten kutoarjo.

Pangeran Purboatmodjo juga merubah rawa-rawa menjadi desa-desa baru yang subur dan produktif, juga dengan tata kelola air yang bagus Kabupaten Kutoarjo menjadi kabupaten yang subur serta panen padi yang melimpah sehingga Kabupaten Kutoarjo menjadi lumbung padi terutama di daerah yang sekarang bernama kecamatan Butuh, kecamatan Kemiri, Kecamatan Grabag, kecamatan Pituruh, kecamatan Purwodadi dan sebagainya, yang kecamatan-kecamatan itu menjadi salah satu lumbung padi propinsi Jawa tengah bahkan Nasional

Makam Pangeran Purboatmodjo Bupati Kutoarjo ke-4 ada di Bukit Satria, Desa Kaliwatu kecamatan Butuh Kabupaten Purworejo. Pangeran Purboatmodjo Seorang Bupati Sang ahli pengairan, irigasi, dan bendungan asli pribumi, kalau di era sekarang beliau udah sekaliber insinyur bahkan Profesor.

Selama ini banyak orang menyangka, pembangunan bendungan di Kutoarjo dan purworejo ditangani oleh para ahli bendungan dari Belanda. Namun sejarah menunjukkan bendungan di Kutoarjo dan Purworejo yag dibangun pada masa pemerintahan Hindia Belanda ditangani oleh arsitek bendungan pribumi yang bernama R.M. Toerkidjo Purboatmodjo bin K.R.T. Pringgoatdmojo Bupati ke-7 kabupaten Kutoarjo.

K.R.A.A. Tjokronegoro II Bupati Purworejo ke-2 minta dibangunkan bendungan di Sungai Bogowonto, atas keberhasilannya membangun bendungan Boro, akhirnya diangkat sebagai mantri Bendungan atau mantri Pengairan.

Selain bendungan dan selokan yang mengambil air dari sungai Bogowonto, R.M. Toerkidjo membangun pula bendungan sawangan di Sungai Jali, Bedono, dan Gebang. bendungan-bendungan tersebut antara lain : Bendungan Kedung Glagah Puspo Bruno, Sawangan di Sungai Jali, Siwatu di sungai Jali, Sluis Saudagaran, Sluis Suren, Saluran Loning. Sedang dari Sungai Bedono dan Gebang dibangun pula bendungan Pekatingan, Kedung Gupit Pituruh, Kalimeneng, dam Rebug dan saluran Kali Anyar Kutoarjo.

Dalam buku sejarah perlindungan alam ini, Sang Pelopor: Dr Kordes, saya menemukan susunan organisasi perkumpulan perlindungan alam Hindia Belanda tanggal 1914 yang beranggotakan 24 orang terdiri dari orang Belanda yang didominasi oleh para sarjana terutama di bidang biologi (naturalis), satu-satunya bangsawan asal Jawa adalah Pangeran Poerboatmodjo (Regent van Kutoarjo) Bupati Kutoarjo yang diangkat sebagai anggota dalam perkumpulan tersebut.

Perkumpulan tersebut telah diberikan hak sebagai badan hukum dimana anggaran dana dan anggaran rumah tangga (statuten) dikukuhkan dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda tanggal 3 Pebruari 1913 No.36 (Gouvernement Beslvit Van Nederlandsch-Indi Van 3 Pebruari 1913 No. 36)

Pengangkatan Pangeran Poerboatmodjo sebagai anggota perkumpulan perlindungan alam sudah sewajarnya setelah mendapatkan gelar “Pangeran” dari Gubenur Jenderal Hindia Belanda tanggal 1 Oktober 1910, karena jasa beliau dalam menyejahterakan masyarakatnya di sektor pertanian khususnya sebagai ahli teknik bangunan irigrasi pengairan.

Pangeran Purboatmodjo oang yang sederhana, hidup tanpa kemegahan seorang Bupati, membesarkan anak-anaknya dengan cara modern, semua belajar bahasa belanda, dan salah satu anaknya belajar di Delf-Belanda.

Bupati Koetoardjo, Pangeran Purboatmodjo meninggal dunia di Kutoarjo dalam usia 79 tahun. Jenazah almarhum dimakamkan pada Minggu sore (14 Oktober 1928) dengan bunga terbesar. Diantaranya hadir 8 Bupati. Residen J.S. de Kanter dan Bupati Van Keboemen memperingati jasa almarhum Bupati Van Koetoardjo yang sekarang(K.R.A.A. Purbo adhikoesomo), putra almarhum, mengucapkan terima kasih atas perhatiannya.”

Kebaikan almarhum Pangeran-boepati Purboatmodjo telah terungkap sepenuhnya di pemakaman keluarga Bupati dari Koetoardjo, di mana kerumunan besar orang besar dan terhormat dengan hormat memberi penghormatan terakhir kepada almarhum.

Banyak warga dari Karesidenan Bagelen, warga setempat (Kabupaten Kutoarjo), banyak Bupati berdatangan, di antaranya Bupati dari Keboemen, Temanggoeng, Nganjuk, Magelang, Banjarnegara, Wonosobo, Purworejo dan Banyumas , juga perwakilan dari pabrik gula Kebumen dan Purworejo,  banyak petugas administrasi Van Inlanrsche di kabupaten (Kutoarjo) dan sekitarnya. Serta Banyak pihak lain yang berkepentingan.

Bupati Koetoardjo R.A.A. Poerbohadikusumo, putra almarhum, kemudian mengucapkan terima kasih atas kata-kata penghormatan dan belasungkawa. Seberapa besar penghargaan mantan Bupati Kutoarjo itu dapat ditunjukkan dengan pemberian salib ksatria dari ordo singa Belanda dan salib perwira ordo nassau jingga.

Selama masa jabatan pada pemerintahan Kabupaten Kutoarjo, beliau banyak memberi perhatian pada masalah tata kelola air, pengairan, drainase, irigasi, tehnik bangunan bendungan, pertanian, lingkungan hidup, keagamaan, pendidikan, perekonomian kerakyatan, peternakan, perikanan, pelestarian lingkungan hidup, kesehatan bahkan perhubungan, politik, dan keamanan.

Sampai sekarang jasa-jasanya dan eksistensi nya masih dapat dibuktikan dan dirasakan salah satunya adalah eks Kabupaten Kutoarjo menjadi penopang lumbung padi propinsi Jawa tengah bahkan menjadi salah satu lumbung padi nasional yang terdiri dari kecamatan Purwodadi, kecamatan Grabag, kecamatan pituruh, kecamatan Kutoarjo, kecamatan Butuh, kecamatan Kemiri.

sumber: https://sejatininghidup02.blogspot.com/2020/05/pangeran-purboatmodjo-bupati-kutoarjo.html