Inspirasia

Prof. Dr. KH. Muhammad Machasin, MA:  “Sang Elang Dari Dusun Brenggong Purworejo”

Oleh: Prof. Dr. Ibnu Burdah

Kau tak pernah kenakan baju produk manca

Toga Leiden, Sorbonne, Mc Gill, Al Azhar dan sebagainya

Produk lokal saja yang kau kenakan

Tapi kepak sayapmu menakjubkan

Kalahkan mereka yang datang dari seberang

…. … …

  Aku tahu daya penciuman

dan penglihatanmu tajam sekali

Hingga kau punya radar dalam diri

Untuk membaca pernak-pernik

dari mutiara banyak negeri

Arabia, Inggris, Amerika, Prancis, Belanda, dan sebagainya

Bahkan radar-radar untuk negeri kecil kau genggam juga

Ibrani jarang  orang menyentuh

Tapi kau mengenalnya

… … …

Karena itu pantas saja

Sejak dulu kami sangat berharap

Kepak sayapmu kan merentang jagad

seperti elang-elang raksasa

Yang menguasai langit nusantara

Bahkan semesta raya

… … …

Apalagi daya jelajahmu luar biasa

meneguk hikmah dan pengetahuan

dari berbagai samudera

lintas benua

Lintas zaman

Kau mampu dan mudah sekali menyelam

ke dalam samudera-samudera itu

Berkat unggulmu dalam segala

Kau kuasai jurus-jurus yang beragam

Jurus Arabia klasik yang kaya dan memberi bahan

Jurus Eropa Amerika yang tajam

Mungkin jurus kungfu juga kau  paham

Juga jurus-jurus santri kampung

yang diam-diam bisa diandalkan

Lalu, semua itu kau racik dengan cermat

dan penuh ketepatan

Lahirlah jurus sang Begawan

… … ….

Tapi terus terang aku sedikit kecewa

Sebab radar dan penciumanmu yang luar biasa

Kemampuan renang dan menyelammu juga

Jelajahmu di samudera-samudera

Tak wujudkan banyak  danau indah dan megah

yang airnya bisa di manfaatkan banyak orang sepanjang masa

Karena kesibukanmu

Mengernyitkan dahi dalam-dalam

Dan merenung penuh pertimbangan

sebelum deretan tanda tangan

dalam gerbong-gerbong zaman yang panjang

. .. … …

Hanya beberapa danau yang yang telah kau bangun

Tidak sedikit memang jika dibandingkan

Tapi itu terlalu sedikit untukmu

Sang pendekar dengan segala jurus

dan pengalaman

… … …

Tentu aku mengerti

SK-SK itu yang membuatmu jadi begitu

tapi pantas saja aku berharap lebhih daripada itu

dari sang empu

Yang jadi teladan besar

Di padepokanku

. .. … …

Kau berhasil minum dari asinnya air lima lautan

Padahal jarang sekali manusia negeri ini bisa lakukan

Lalu, kau sesapi asin itu dalam-dalam

Penuh kejelian, ketelitian dan ketekunan

Sekedar untuk menyemburkan  satu dua kalam

Terukur, begitu berasa, dan dengan kedalaman

… … …

Semburmu sakti mandraguna

Membuat para jawara harus dengarkan penuh seksama

Tak ada yang berani menghadang di depannya

apalagi meremehkannya

… … …

Tapi, semburmu sedikit saja

Karena hari-harimu dulu harus banyak kau habiskan

Membaca berkas dan tumpukan aturan-aturan

Sebelum titah mengiyakan, memerintah atau melarang

… … …

Oh, seandainya

Kau tak diangkat jadi senapati atau hulubalang

Kau tentu jadi pertapa besar yang dirindukan zaman

Dengan kitab-kitab yang disakralkan para insan

Sepanjang zaman

… … …

Kau berani suarakan kebenaran

Dengan tenang

Biasa-biasa saja

Tanpa rasa takut

atau sungkan

juga tanpa bergaya berlebihan

Terukur penuh ketepatan

Serba datar dan tampak sedikit kaku

seperti tak pernah ada gelombang

Tak ada minder apalagi ragu

Meski terkadang kau terlihat garang

Bagi sebagian orang

Sebab senyummu dulu jarang mengembang

Meski itu kemudian dikoreksi zaman

… … …

Kau kuat dalam berpijak

Sebab kau paham dengan pijakan

Tak hanya kitab-kitab kuno

yang jadi pegangan

Aturan-aturan main zaman

kau jeli dalam kepahaman

Juga dari berbagai  arah  mata angin  jadi pertimbangan

Sehingga kau tenang dalam melangkah  dan memandang

Mengunyah peristiwa-peristiwa

dengan kecermatan

Menyapa dan berkawan

dengan mereka yang di seberang

agama, bangsa, serta golongan

tanpa ragu dan bimbang

Sebab langkah itu  di atas pondasi keyakinan

dan kedalaman pengetahuan

… … ….

Kau pernah bertitah kepadaku untuk jadi Empu

Aku ingat itu

Pesan yang aneh dan terlalu berat  untukku

Tapi aku akan mencoba

Siapa tahu kelak, di suatu zaman

Ketika waktu adzan untukku belum datang

aku bisa wujudkan

Meski kusadar, aku bukan penyelam hebat seperti dirimu

Bukan pula pendekar yang menguasai jurus seribu bayangan

Tapi aku punya niat dan tekad

Untuk wujudkan itu pelan-pelan

Sepuluh tahun lagi

Atau dua puluh tahun lagi

Atau tiga puluh lima tahun lagi

Mungkin akan jadi kenyataan meski hanya sebagian

Agar SK itu suatu saat kelak tak hanya fatamorgana

Tapi mewujud nyata

… … …

Kau adalah teladan dalam arena

Kau juga teladan dalam bahtera kehidupan

Rajin, teratur, terukur, terjadwal

dan istikomah seperti gerak mesin dan roda

Tapi kau juga punya kedalaman rasa

Meski tidak kau ekpresikan

kecuali  jarang-jarang

… … …

Kau fair

Siap dikritik siapa saja seperti kau bisa juga melakukannya

Pernah terlintas dalam sepotong zaman

Anak kecil pegawai anyaran menghardik Senapati atau hulubalang

bergelar akademik besar dan reputasi tak sembarangan

tentang sedikitnya senyuman

Tapi sang Senapati tak balas dengan serapah

apalagi marah

Juga tidak ada dendam

biasa saja seperti biasa

seperti tak ada apa-apa

“sudah gawan bayi” katanya

Itu saja yang sudah keluar sebagai jawaban

… … …

Berkunjung

Silaturahmi kepada para sesepuh dan kawan

Jadi hobimu sekarang

Agenda

Merajut dada

Menyusun dan menebar bahagia bersama

…. … …

Pak Machasin,

Semoga umurmu  panjang dan  berkah

Bahagiamu terus bertambah

Bersama pasangan setiamu

yang hampir sama dengan dirimu

dari semua arah

sumber: Buku Agama, Kemanusiaan dan Keadaban: 65 Tahun Prof. Dr. KH. Muhammad Machasin, MA.