Oleh: Prof. Dr. Ibnu Burdah

Kau tak pernah kenakan baju produk manca
Toga Leiden, Sorbonne, Mc Gill, Al Azhar dan sebagainya
Produk lokal saja yang kau kenakan
Tapi kepak sayapmu menakjubkan
Kalahkan mereka yang datang dari seberang
…. … …
Aku tahu daya penciuman
dan penglihatanmu tajam sekali
Hingga kau punya radar dalam diri
Untuk membaca pernak-pernik
dari mutiara banyak negeri
Arabia, Inggris, Amerika, Prancis, Belanda, dan sebagainya
Bahkan radar-radar untuk negeri kecil kau genggam juga
Ibrani jarang orang menyentuh
Tapi kau mengenalnya
… … …
Karena itu pantas saja
Sejak dulu kami sangat berharap
Kepak sayapmu kan merentang jagad
seperti elang-elang raksasa
Yang menguasai langit nusantara
Bahkan semesta raya
… … …
Apalagi daya jelajahmu luar biasa
meneguk hikmah dan pengetahuan
dari berbagai samudera
lintas benua
Lintas zaman
Kau mampu dan mudah sekali menyelam
ke dalam samudera-samudera itu
Berkat unggulmu dalam segala
Kau kuasai jurus-jurus yang beragam
Jurus Arabia klasik yang kaya dan memberi bahan
Jurus Eropa Amerika yang tajam
Mungkin jurus kungfu juga kau paham
Juga jurus-jurus santri kampung
yang diam-diam bisa diandalkan
Lalu, semua itu kau racik dengan cermat
dan penuh ketepatan
Lahirlah jurus sang Begawan
… … ….
Tapi terus terang aku sedikit kecewa
Sebab radar dan penciumanmu yang luar biasa
Kemampuan renang dan menyelammu juga
Jelajahmu di samudera-samudera
Tak wujudkan banyak danau indah dan megah
yang airnya bisa di manfaatkan banyak orang sepanjang masa
Karena kesibukanmu
Mengernyitkan dahi dalam-dalam
Dan merenung penuh pertimbangan
sebelum deretan tanda tangan
dalam gerbong-gerbong zaman yang panjang
. .. … …
Hanya beberapa danau yang yang telah kau bangun
Tidak sedikit memang jika dibandingkan
Tapi itu terlalu sedikit untukmu
Sang pendekar dengan segala jurus
dan pengalaman
… … …
Tentu aku mengerti
SK-SK itu yang membuatmu jadi begitu
tapi pantas saja aku berharap lebhih daripada itu
dari sang empu
Yang jadi teladan besar
Di padepokanku
. .. … …
Kau berhasil minum dari asinnya air lima lautan
Padahal jarang sekali manusia negeri ini bisa lakukan
Lalu, kau sesapi asin itu dalam-dalam
Penuh kejelian, ketelitian dan ketekunan
Sekedar untuk menyemburkan satu dua kalam
Terukur, begitu berasa, dan dengan kedalaman
… … …
Semburmu sakti mandraguna
Membuat para jawara harus dengarkan penuh seksama
Tak ada yang berani menghadang di depannya
apalagi meremehkannya
… … …
Tapi, semburmu sedikit saja
Karena hari-harimu dulu harus banyak kau habiskan
Membaca berkas dan tumpukan aturan-aturan
Sebelum titah mengiyakan, memerintah atau melarang
… … …
Oh, seandainya
Kau tak diangkat jadi senapati atau hulubalang
Kau tentu jadi pertapa besar yang dirindukan zaman
Dengan kitab-kitab yang disakralkan para insan
Sepanjang zaman
… … …
Kau berani suarakan kebenaran
Dengan tenang
Biasa-biasa saja
Tanpa rasa takut
atau sungkan
juga tanpa bergaya berlebihan
Terukur penuh ketepatan
Serba datar dan tampak sedikit kaku
seperti tak pernah ada gelombang
Tak ada minder apalagi ragu
Meski terkadang kau terlihat garang
Bagi sebagian orang
Sebab senyummu dulu jarang mengembang
Meski itu kemudian dikoreksi zaman
… … …
Kau kuat dalam berpijak
Sebab kau paham dengan pijakan
Tak hanya kitab-kitab kuno
yang jadi pegangan
Aturan-aturan main zaman
kau jeli dalam kepahaman
Juga dari berbagai arah mata angin jadi pertimbangan
Sehingga kau tenang dalam melangkah dan memandang
Mengunyah peristiwa-peristiwa
dengan kecermatan
Menyapa dan berkawan
dengan mereka yang di seberang
agama, bangsa, serta golongan
tanpa ragu dan bimbang
Sebab langkah itu di atas pondasi keyakinan
dan kedalaman pengetahuan
… … ….
Kau pernah bertitah kepadaku untuk jadi Empu
Aku ingat itu
Pesan yang aneh dan terlalu berat untukku
Tapi aku akan mencoba
Siapa tahu kelak, di suatu zaman
Ketika waktu adzan untukku belum datang
aku bisa wujudkan
Meski kusadar, aku bukan penyelam hebat seperti dirimu
Bukan pula pendekar yang menguasai jurus seribu bayangan
Tapi aku punya niat dan tekad
Untuk wujudkan itu pelan-pelan
Sepuluh tahun lagi
Atau dua puluh tahun lagi
Atau tiga puluh lima tahun lagi
Mungkin akan jadi kenyataan meski hanya sebagian
Agar SK itu suatu saat kelak tak hanya fatamorgana
Tapi mewujud nyata
… … …
Kau adalah teladan dalam arena
Kau juga teladan dalam bahtera kehidupan
Rajin, teratur, terukur, terjadwal
dan istikomah seperti gerak mesin dan roda
Tapi kau juga punya kedalaman rasa
Meski tidak kau ekpresikan
kecuali jarang-jarang
… … …
Kau fair
Siap dikritik siapa saja seperti kau bisa juga melakukannya
Pernah terlintas dalam sepotong zaman
Anak kecil pegawai anyaran menghardik Senapati atau hulubalang
bergelar akademik besar dan reputasi tak sembarangan
tentang sedikitnya senyuman
Tapi sang Senapati tak balas dengan serapah
apalagi marah
Juga tidak ada dendam
biasa saja seperti biasa
seperti tak ada apa-apa
“sudah gawan bayi” katanya
Itu saja yang sudah keluar sebagai jawaban
… … …
Berkunjung
Silaturahmi kepada para sesepuh dan kawan
Jadi hobimu sekarang
Agenda
Merajut dada
Menyusun dan menebar bahagia bersama
…. … …
Pak Machasin,
Semoga umurmu panjang dan berkah
Bahagiamu terus bertambah
Bersama pasangan setiamu
yang hampir sama dengan dirimu
dari semua arah
…
sumber: Buku Agama, Kemanusiaan dan Keadaban: 65 Tahun Prof. Dr. KH. Muhammad Machasin, MA.
Add Comment