Feature

Romo Loogman: Mewariskan Radhestesia dan Kebijakan Hidup!

Oleh: Ilhan Erda

Romo yang lahir di Haarlem Belanda pada tanggal 8 Januari 1937 ini, sudah lama menetap di Purworejo, atau untuk menjalankan pengabdiannya di Gereja Santa Perawan Maria Purworejo.

Beliau sebelumnya juga pernah berpindah-pindah dari Jakarta, Kudus dan kota lainnya sebelum mapan, nyaman di sini sampai hayatnya.

Romo yang rendah hati dan sosial ini, selepas tahun 1960-an bermukim di Indonesia pun sampai ketiadaannya. Dengan mengisi sepenuh hidupnya untuk  berkarya, beribadat dan  melayani umat.

Sekarang, beliau meninggalkan peninggalan yang begitu berharga, terutama dibidang husada alam yaitu bernama Konsep kesehatan Radhietesa Medik.

Ini adalah pengobatan dengan cara memanfaatkan kepekaan menerima radiasi atau atau gelombang elektromagnetik guna mendiagnosa dan menentukan obat. Medianya dengan menggunakan pendulum atau bandul.

Pengobatan dengan pasien bisa pertama kali dengan jarak jauh semisal telepon, chatting dan berkorespondensi. Sedang media setelah pengobatan bisa dengan obat herbal, garam berkhasiat. Alat netralisatornya, berbeda-beda setiap pasiennya atau tergantung penyakit dan keluhannya sama.

Peninggalan, cara pengobatan Beliau telah diwariskan kepada 5 Romo. Murid-murid dan sahabatnya yaitu Romo T. Wignyosumarto, Romo Y Purwodiatmojo, Romo FX Swibaktata, dan Romo Mgr V Djebarus dari Bali.

Pada dasarnya kemurahan dan kebaikan Romo membagikan ilmunya kepada yang lainnya berdasar atas keprihatinan dan kemirisan melihat sekitarnya dimana orang-orang kecil dan kesusahan mendapatkan pengobatan yang murah dan berkualitas.

Padahal sangat membutuhkan dan mendesak sekali. Dalam menangani pasiennya Romo meminta dan menyarankan agar pasien pasrah, berserah kepada Tuhan terlebih dahulu kemudian, baru Beliau menjalankan metode pengobatan ini.

Sampai sekarang dengan ilmu yang sudah diwariskan turun temurun, pengobatan Beliau berlangsung secara rutin baik di Purworejo sebagai sentralnya atau kota lainnya seperti di Jakarta, Bandung, Tangerang, Cisarua,Surabaya, Bekasi, Yogyakarta, Medan dan kota-kota lainnya.

Dengan warisan ilmu ini Beliau telah memberikan arti dan makna kebijakan hidup yang sejati, bahwasannya menolong sesama bisa dilakukan dengan mulia dan tidak harus dengan materi, finansial atau kebendaan lainnya.

source: Mutiara dari Bagelen