Historiana

Sarino: Menteri Pendidikan Dari Bagelen, Murid Kesayangan Ki Hadjar Dewantoro!

Nama lengkapnya ialah Dr. Ki. Sarino Mangunpranoto. Lahir di Kuripan, Bagelen di tanggal 15 Januari 1910. Beliau menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di era kabinet PM Ali Sastroamidjojo II, Kabinet Dwikora dan Kabinet Ampera I.  Amanat sebagai Menteri Dalam Negeri juga di emban dari  tahun 1967-1968 juga sebagai  Rektor Unpad Bandung sampai tahun 1966.

Sarino terlahir dari pasangan biasa, warga Kuripan bernama Nur Ali dan Ridah. Walau terlahir dari keluarga rakyat biasa, kemauan tinggi dan belajar yang tekun dari Sarino kecil sudah terlihat dari awal. Untuk mengejar perbedaan kasta antara pribumi dan anak Belanda di Purworejo, bahkan Sarino kecil sempatkan untuk ikut kursus bahasa Belanda di Hollandsch Cursus Vooruit.

Selepas dari sekolah dasar di Purworejo, Sarino melanjutkan ke HIS Partikulir Gombong dan MULO Taman Siswa Yogyakarta.  Selepas MULO inilah pengabdian Sarino di lingkungan Taman Siswa dimulai dengan menjadi pamong. Ia sempat menjadi guru di kota Pekalongan, Slawi dan Pemalang sembari kursus sosial dan politik.

Jiwa Taman Siswa dan teladan hidup Taman Siswa membekas betul, apalagi ia di kader dan ada juru petunjuk langsung dari sang pendiri Taman Siswa, Ki Hadjar Dewantara yang menyambungkan dan inten berkomunikasi dengan Sukarno. Sarino pun berkomunikasi secara penuh dengan KH Mas Mansyur, Hatta, dan tokoh lainnya dalam persiapan kemerdekaan.

Kesetimbangan hidup, berjuang di bidang pendidikan, politik dan keluarga yang harmonis Sarino terapkan betul.  Ia yang dikaruniai enam putra putri ini sempatkan untuk mempelajari sistem pendidikan dan beragam metode pencerdasan bangsa di negara Amerika Serikat, Denmark, Inggris, Mesir, Australia, Selandia Baru, India dan negara lainnya.

Sebelum menjadi Menteri sebagai puncak pengabdian tertingginya untuk negara, beragam media perjuangan dan banyak amanat juga sudah ia lalui seperti menjadi Ketua Lembaga Studi Pedesaan, menjadi Kepala Sekolah Menengah Atas Farming , anggota Dewan Penyantun Undip Semarang, pimpinan Rektorat UST Taman Siswa Yogyakarta, Dubes Indonesia untuk Hongaria, Anggota Dewan Kurator UGM Yogyakarta serta masih banyak puluhan dedikasi lainnya.

Buku-buku dan pemikirannya juga seabrek seperti berjudul Sosio Nasional Demokrasi, Catatan Dari Kaki Gunung, Pendidikan Sebagai Sistem Perjuangan Kemerdekaan Indonesia dll nya.

Mendiang meneladankan bagaimana seharusnya menjadi negarawan yang baik. Jiwa-jiwa Taman Siswa yang menggelorakan pendidikan dan kecerdasan untuk segenap anak bangsa yang ia wujudkan dalam wadah Partai PNI dan identitas pribadi yang kuat, mengakar dan pro rakyat sepanjang jaman.

Beliau meninggal tanggal 17 Januari  1983 dan di makamkan di TMP Wijaya Brata, pemakaman Keluarga Besar Taman Siswa Yogyakarta, mengabadi jejak harum perjalanan hidupnya bersama para pahlawan besar Taman Siswa lainnya seperti Ki Hadjar Dewantara, Ki Said Reksohadiprojo dan banyak lainnya. Namanya juga di abadikan sebagai nama gedung di kampus UST Taman Siswa Yogyakarta. ( Sidiq)

  • Disarikan dari berbagai sumber.