Feature

Sarwoko Poerwokoesumo: Bapak Pramuka Purworejo

Oleh: Ilhan Erda Sidiq

“Sejarah seharusnya ada untuk membuat manusia menjadi sebenar-benarnya manusia. Yang bisa menjadikan manusia paripurna.”

Karena insan yang lupa akan akar atau tak tahu asal muasal leluhurnya sama saja mati obor, atau kehilangan jatidiri.
Seperti sosok satu kali ini, Pak Sarwoko yang keturunan dari seorang priyayi. Tapi tak lupa akan sejarah nya dari nasab leluhur pun juga dengan sosialnya. Tak ada kesan seorang priyayi lantas memberi jarak dan kemudian budaya hidup kratonik diterapkan secara kaku di tengah masyarakat yang bervariasi latar belakangnya.

Bapak Pramuka Purworejo. Ini julukan buat Beliau. Sedari muda beliau sudah bergelut dan mengampu kepanduan ini. Seperti yang diupayakan dan ditauladankan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono untuk kepanduan negeri.
Bapak seperti tercatat secara tertulis pernah menjadi Sekretaris Kepanduan Hipprada di tahun 1996 dimasa kepemimpinan Hiprada pusat nya diketuai oleh Prof Dr Haryono Suyono. Sebagai tambahan kilasan sejarah, di Kepanduan Pramuka sendiri, di awal Pak Sarwoko tercatat semenjak tahun 1948 dengan nama saat itu Pandu Rakyat.

Nama lengkap organisasi nya adalah Pandu Rakyat Indonesia yang dideklarasikan di Solo pada tanggal 28 Desember 1945 dan medio awal 1960-1961 an dengan nama baru Pramuka atau Praja Muda Karana.
Beliau tak pernah henti dan lelah untuk terus membuat jiwa dan nyala Pandu ini. Di Purworejo Beliau yang terlahir dari keluarga pegawai Jawatan kereta api, serta nasab beliau adalah seorang priyayi terdidik yakni dari nasab ialah cucu RT Ario Soeronagoro ke bawah sampai ke Beliau atau hitungannya adalah Pak Sarwoko sebagai cucu.

Sedang dirunut ke atas adalah sampai ke Raja Brawijaya Majapahit. Saudara-saudara atau famili dari Patih Suronegoro yang sebagai Bupati Residen Bagelen pada masanya ada Laksamana Tata Abubakar, Wardiman Djojonegoro, Djiteng Marsudi dan banyak pesohor lainnya.

Bapak tentu saja selain sudah dari lahir di kalangan priyayi tetapi senantiasa untuk membuat solusi atau mencari titik temu di sekitar lahirnya dan tempat tinggalnya yakni di kampung Jl Suronegaran No 7 Puworejo.
Tentu saja lewat gebrakan di Hipprada Purworejo yang ditemani para sesepuh lain yaitu salah satunya pernah mengagas ide bahan bakar alternatif berupa biji minyak jarak Jatropha Curcas dan ternyata sukses serta berhasil di beberapa daerah.

Dan juga sudah bermitra dengan beberapa perusahan seperti PT PLN persero, Hiprada Pusat. Implementasinya adalah adanya bio digester di Desa Pamriyan, Kecamatan Pituruh, Purworejo. Serta proses spengolahan biji jarak di beberapa daerah di Purworejo.

Bapak yang juga sebagai Ketua tim penyusun buku Trah Suronegoro dan sebagai salah satu sesepuh juga. Eyang Patih Suronegara adalah satu sosok penting Purworejo dulu. Dimana perannya sama penting dengan tokoh se eranya seperti Adipati Gagak Handoko, Tumenggung Sawunggalih Notonegoro, Bupati Cokronegoro 1 dan banyak lainnya.

Bahkan salah satu rumah dari kerabat Pak Sarwoko yakni Dr Surono yang ada di bilangan Jl. Taman Amir Hamzah No.22 atau Paviliun Jakarta dulunya adalah sempat di tempati oleh keluarga Barrack Obama, sang Presiden terpilih AS dimana santer kabarnya ditawar-tawar dan akan dijual dengan harga ratusan milyar rupiah.

Ini menekankan bagaimana pentingnya figur-figur, sosok-sosok bersejarah dari ranah Bagelen atau Purworejo dengan jejak perjuangan dan pengorbanannya baik di ranah fisik atau pemikiran senantiasa mewarnai dinamika perkembangan di nusantara. Seperti jejak yang sudah dituang oleh Pak Sarwoko di Purworejo ini.

Sumber: Mutiara dari Bagelen 2

Photo: Arbaah Mintaraga