Oleh: Ndandung Kumolo Adi
Ki Dalang Redi Bethitit/Ki Hardi Wijoyo/Redi Wijoyo dan asal usul Padukuhan Gembor, Desa Wirun.
*** *** ***
Mbah Redi Bethitit adalah seorang Dalang yang asal-usulnya dari Solo atau Mataram yang bernama Ki Dalang Hardi Wijoyo atau Redi Wijoyo tinggal di desa Wonoroto Ngombol, Dalang ini cukup terkenal di daerah Bagelen terutama di Purworejo dan Semawung (Kutoarjo) yang saat itu menjadi Kabupaten sendiri-sendiri.
Ki Dalang Redi Wijoyo alias Ki Hardi Wijoyo, mendengar sayembara dari Bupati Semawung (Kutoarjo) yaitu Bupati Tumenggung Kertonegoro Sawunggaling II, dan beliau berminat untuk mengikutinya dengan tujuan untuk menolong penduduk yang ketakutan karena ular raksasa, ganas dan besar.
(Ringgit Purwa Gaya Kaligesingan, Werkudara buatan Ki Kartoguno, Pacor: Tahun 1904)
Kemudian Ki Dalang Hardi Wijoyo menghadap Kanjeng Bupati Tumenggung Sawunggaling II untuk mengikuti sayembara dan mohon ditunjukkan tempat ular besar ganas itu berada, sang Bupati menyetujuinya dan diperintahkan seorang punggawa untuk mengantar ke tempat ular tersebut.
Setelah itu Ki Dalang mempersiapkan dirinya, dia memutuskan berjuang seorang diri, dengan memohon kepada Allah SWT secara batiniah dan secara lahiriah beliau mencari akal, bagaimana caranya melumpuhkan ular itu tanpa membahyakan dirinya.
Teringatalah beliau saat berada di Mataram, di alun-alun Surokarto sering diadakan acara Ramdogan macan yaitu pertunjukkan mengalahkan Harimau oleh para Ksatria Mataram. Harimau yang ganas dan kelaparan dibawa dalam sebuah kerangkeng yang disebut grogol, selama harimau ada dalam Grogol itu maka para penonton aman.
Maka Ki Dalang membuat grogol berbentuk sangkar seorang diri, kemudian setelah jadi di bawa ke tempat dimana ular ganas itu merajalela, dibawanya pula seekor kambing dan sebuah golok panjang untuk senjata melawan ular itu, kambing sebagai umpan ular ganas di ikatnya kambing itu di luar dekat grogol agar memudahkan Ki Dalang mengayunkan goloknya ke tubuh ular besar. Dengan bersenjatakan golok Ki Dalang masuk kedalam grogol dan menunggu ular tersebut datang.
setelah beberapa waktu lamanya akhirnya ular tersebut datang, mengerikan dengan tubuh raksasa besar sekali dan panjang ular tersebut mendekati mangsannya yaitu kambing umpanan milik Ki Dalang, embikkan si kambing yang ketakutan menambah nafsu ular itu untuk segera menyerang, membelit dan melahanpnya, tapi tanpa di sadari sebilah Golok milik Ki Dalang telah siap membacok ular itu.
Dengan mulut lebar ular itu mencaplok kambing, dan disaat itu golok Ki Dalang di bacokkan ke kepala ular, ular kemudian marah dan kesakitan lalu grogol dibelitnya dengan kuat, namun Ki Dalang tetap aman. Dari dalam Grogol Ki Dalang terus menghujani ular itu dengan bacokan goloknya bertubi-tubi, darah bersimbah si ular pun bermandikan darahnya sendiri hingga lemas dan mati.
Orang-orang yang sembunyi melihat pertarungan Ki Dalang melawan ular raksasa besar itu akhirnya keluar dari persembunyian dan bersorak gembira, mereka berlari menghampiri grogol dan mengeluarkan Ki Dalang dari dalam grogol.
Ki Dalang Hardi Wijoyo dijunjung dan diarak menuju Kabupaten untuk dihadapkan kepada Bupati Semawung yaitu Tumenggung Kertonegoro Sawunggaling II, sebagian lagi orang menggotong bangkai ular raksasa.
sepanjang jalan menuju Kabupaten, masyarakat menyambut dengan sorak sorai dan riuh gembira.
Bupati Semawung, Tumenggung Kertonegoro Sawunggaling II melaksanakan janjinya, beliau bersama sentana Kabupaten membawanya ke suatu daerah di utara Gunung Tugel, disana Ki Dalang diperintahkan untuk “ngembor” sekuat dan sekeras mungkin kemudian beberapa orang berdiri berurutan sampai kira-kira mereka dapat mendengar teriakan Ki Dalang yang paling jauh.
Orang yang paling jauh mendengar teriakan ( gemboran ) Ki Dalang untuk memasang patok tanda, maka tanah dari berdirinya Ki Dalang untuk berteriak atau gembor sampai patokan terakhir adalah milik Ki Dalang Hardi Wijoyo. Daerah itu disebut daerah Gembor sekarang masuk Desa Wirun Kecamatan Kutoarjo.
Sedangkan Ki Dalang bertempat tinggal di Desa Tepus Wetan, setelah wafat di makamkan Di Desa Tepus Wetan Kecamatan Kutoarjo. Setelah kejadian tersebut beliau terkenal dengan sebutan Redi Wijoyo atau “Mbah Redi Bethithit”.
Beliau yang menurunkan dalang-dalang di daerah Kutoarjo dan sekitarnya, sampai sekarang makamnya banyak diziarahi para Dalang dari mana saja. Salah satu keturunan Ki Hardi Wijoyo adalah Dalang Ki Sutarko Hadiwacono dari Katerban Kutoarjo.
Berikut nasab Ki Redi Bethithit
Ki Redi Wijoyo/Ki Redi Bethitit/Ki Hardi Wijoyo (Tepus Wetan)
I
Ki Toguno/Ki Guno Perwito (Wonoroto Ngombol)
I
Ki Tirtosono
I
Ki Kartoguno
I
Ki Darto Crito Karmoyo
I
Ki Sutarko Hadiwacono
I
Ki Putut Danardono / Ki Parikesit
Add Comment