Feature

Sylvia Asih Anggraeni: Perpaduan Cinta Sejati Antara Bagelen dan Sumba!

Oleh: Ilhan Erda Sidiq

Ibu yang lahir pada tanggal 10 September 1953 ini tampak lebih muda dari usianya. Periang, ceplas ceplos, apa adanya serta lugas. Demikian jika pertama kali yang tergambar oleh orang yang baru kenal dengannya.

Ibu asli kampung Brengkelan berdekatan dengan rumah Adjie S Soeraatmadjie ini memang unik dan indah sekali perjalanan dan kisah singkat hidupnya sebagaimana yang tertuang di ensiklopedia Mutiara dari Bagelen ini.

Ibu Sylvia menamatkan SD, SMP nya di kota Purworejo dan menengah nya di SMA 1 Purworejo lantas melanjutkan jenjang perguruan tingginya ke UKSW Salatiga, Univ Nusa Cendana Kupang dan Magisternya di IPB Bogor dengan jurusan Study Pembangunan.

Beliau mengisahkan bagaimana perjuangan saat pertama merajut cinta dengan alm suaminya seorang tokoh adat dari NTT yang anggota DPR RI juga di periode tahun 1987-2000 dan Bupati 2 periode di kabupaten Sumba Timur dari tahun 2000 sampai 2010.

Beliau melanjutkan bagaimana kisah asmaranya dilarang oleh keluarga suami dan ia sendiri. Karena begitu banyak perbedaan. Baik dari budaya, trah dll nya. Tapi semangat dan watak dari wanita Bagelen yang begitu seorang petempur dan mampu survibel di tanah rantau membuktikan bahwa akhirnya mampu.

Mulai dari nikah yang belum punya apa-apa dan jadi Ibu Bupati yang modern, gaul, dan luwes. Ia membuktikan sekali lagi bagaimana walaupun terlahir di tanah Bagelen ini dan ada serta fisik hidup di Sumba. Tetap keduanya tak tergantikan di hatinya. Seperti cinta yang senantiasa menyatukan ia dan alm Umbu Mehang Kunda, mendiang suaminya. Kini jadi nama Bandara di kota Waingapu NTT.

Mendiang suaminya begitu dicintai oleh keluarga besarnya yang memang keturunan dari bangsawan Sumba, sekaligus rakyat Sumba. Merasa kehilangan sekali. Almarhum Umbu ibarat pelita buat Sumba yang membawa dari kegelapan ke satu lorong cahaya harapan.

Ibu mempelopori, mengenalkan kota Sumba dengan berbagai cara dan gagasan seperti di bidang tradisi menenun dan ikat. Kain Sumba lah jadi pilihannya. Ibu Sylvia begitu mencintai kain ini.

Strategi lainnya yakni beliau buat mengenalkan sekaligus membawa nama Sumba ke tingkat dunia antara lain dengan mengelola system dan pendidikan di tingkat pengrajin kain tenun ikat Sumba. Dan puncaknya membuat kain tenun ikat terpanjang di Indonesia dengan ukuran 50,1 meter dan diberi nama Hinggi Humba “A’nda Ukurungu”. Usaha beliau diganjar dengan sertifikat dari MURI Indonesia.

Sanggar Ori Angu di Lambanapu, Sumba Timur sebagai pemroduksi kain sangat menentukan hasil dan rekor ini. Juga usaha dari Ibu tak lelah dengan mengenalkan potensi mahakarya Sumba ini dengan memamerkannya di Smesco Jakarta Pusat, membuat galeri kain tenun ikat Sumba di Cibinong dan berbagai wawancara atau nukilan di berbagai media cetak atau elektronik.

200 lebih koleksi kain tenun ikat Sumba telah beliau punya. Mimpi Ibu tak berhenti sampai sini ia masih mengusahakan sebuah Museum Kain Sumba dan yayasan agar bisa menopang serta meriset kekayan atau persilangan budaya Sumba dan Bagelen. Ini mimpi terbesarnya.

Beliau masih sayang dan darahnya adalah tulen seorang wanita Bagelen. Cucu dari Nyi Bagelen. Ibu walau di rantau, entah dengan sahabat Muda Ganeshanya, atau koleganya sering membicarakan bagaimana solusi dan trik untuk akselerasi pembangunan di Purworejo. Rekam jejak dan intelektual darinya memang sudah tak diragukan.

Ibu Sylvia yang pernah maju di caleg DPR dapil NTT 2, pun pernah menjadi seorang dosen di Unkrida Jakarta, researcher di Stella Orienza Jakarta, atau aktif dan menghimpun jemaat di Synodenya. Masih banyak kegiatan sosial lainnya yang jua Ibu lakukan.

Religiusitas dan apa danya. Ibu Sylvia yang berani menyuarakan kebenaran walau pahit ini dan menekankan apa arti nasioanalisme sesungguhnya itu di usia senjanya kini masih wara-wiri Jakarta Purworejo dan Sumba.

Dan di hatinya sampai kapanpun tetap terukir nama Bagelen. Walau matahari kan berhenti menerangi semesta. Cintanya tetap untuk Bhumi Purworejo.
Sumber: Ensiklopedia Mutiara dari Bagelen 2